Dewasa ini media mulai tumbuh dan
saling anak meng-anak-kan, adanya penguasaan semua bentuk penyiaran demi
mementingkan kepentingan pribadi mulai digunakan oleh para pengusaha, pemilik
modal dan para penguasa pasar. Sangat miris melihat media saat ini, kita sendiri
bingung media mana yang cocok dan bias memberian fungsi media sebenarnya kepada
para khalayak.
Adanya penguasaan media membuat kita bosa melihat mereka tampil
setiap hari dengan slogan yang mereka canangkan. Sedangkan rakyat harus memakan
mentah-mentah janji-janji mereka di media tersebut. Disini saya coba menganalisis salah satu
media yan menurut saya belum tercampur baur dengan politik yang mana halnya
dekat dengan tahun 2014, yaitu tahun pemilihan penguasa negeri ini.
Saya coba
melihat dengan kacamata mata saya sendiri pada satu perusahaan yang cukup besar
yang dimiliki salah satu konglomerat negeri ini. Dan saya yakin semoga media
ini tetap tidak terpengaruh dengan iming-iming menjadi penguasa di bidang politik.
Seiring berbaurnya media massa
saat ini dengan partai politik, semoga kejayaan Trans Corp tidak terbuai dengan
kekuasaan-kekuasaan yang hanya omongan belaka tapi tidak ada buktinya sampai
saat ini. Si anak singkong ini mengaku tidak akan tergiur untuk bergabung ke
dunia politik, menurutnya dunia politik itu kotor, lebih dekat ke neraka
daripada ke surga.
Dari judul yang saya ambil diatas, apakah sah konglomerasi
media saat ini? Ya inilah mungkin jawabannya, banyak orang-orang kaya
berbondong-bondong membeli media, atau perusahaan lainnya. Contohnya saja si
anak singkong ini, Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan
dirinya ke tiga bisnis inti : keuangan, properti, dan multi media. Di bidang
keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang kini bernama Bank Mega yang kini
telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke bank kelas atas.
Selain
memiliki perusahaan sekuritas, ia juga merambah ke bisnis asuransi jiwa dan
asuransi kerugian. Di sektor sekuritas, lelaki kelahiran Jakarta ini mempunyai
perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall.
Di bisnis multimedia, Chairul mendirikan Trans TV, di samping menangani stasion
radio dan media on line atau satelit. Ia juga bersiap untuk masuk ke media
cetak. Bahkan kini beliau sudah mengakuisisi sebagaian saham dari PT. Carrefour
Indonesia
Hingga saat ini Chairul tanjung
belum tertarik dengan riuhnya persaingan para penguasa yang mempunyai
kepentingan masing-masing partainya dalam kekuasaan medianya, dan perlu kita
syukuri mungkin saat ini dalam siaran Trans Corp. baik TransTV, Trans7, atau
media onlinenya seperti detik.com belum kita liat ada suara-suara pemimpin yang
mengiklankan dirinya untuk mencalonkan sebagai presiden di tahun 2014.
Ya
semoga dengan ini kita harapkan konten dari media yang dikuasai Chairul Tanjung
masih berimbang bukan karna kepentingan suatu kelompok tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar