Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 26 Februari 2014

Konglomerasi Media, Sah Kah?


Dewasa ini media mulai tumbuh dan saling anak meng-anak-kan, adanya penguasaan semua bentuk penyiaran demi mementingkan kepentingan pribadi mulai digunakan oleh para pengusaha, pemilik modal dan para penguasa pasar. Sangat miris melihat media saat ini, kita sendiri bingung media mana yang cocok dan bias memberian fungsi media sebenarnya kepada para khalayak. 

Adanya penguasaan media membuat kita bosa melihat mereka tampil setiap hari dengan slogan yang mereka canangkan. Sedangkan rakyat harus memakan mentah-mentah janji-janji mereka di media tersebut.  Disini saya coba menganalisis salah satu media yan menurut saya belum tercampur baur dengan politik yang mana halnya dekat dengan tahun 2014, yaitu tahun pemilihan penguasa negeri ini. 

Saya coba melihat dengan kacamata mata saya sendiri pada satu perusahaan yang cukup besar yang dimiliki salah satu konglomerat negeri ini. Dan saya yakin semoga media ini tetap tidak terpengaruh dengan iming-iming menjadi penguasa di bidang politik.

Seiring berbaurnya media massa saat ini dengan partai politik, semoga kejayaan Trans Corp tidak terbuai dengan kekuasaan-kekuasaan yang hanya omongan belaka tapi tidak ada buktinya sampai saat ini. Si anak singkong ini mengaku tidak akan tergiur untuk bergabung ke dunia politik, menurutnya dunia politik itu kotor, lebih dekat ke neraka daripada ke surga. 

Dari judul yang saya ambil diatas, apakah sah konglomerasi media saat ini? Ya inilah mungkin jawabannya, banyak orang-orang kaya berbondong-bondong membeli media, atau perusahaan lainnya. Contohnya saja si anak singkong ini, Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti : keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang kini bernama Bank Mega yang kini telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke bank kelas atas. 

Selain memiliki perusahaan sekuritas, ia juga merambah ke bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Di sektor sekuritas, lelaki kelahiran Jakarta ini mempunyai perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall. Di bisnis multimedia, Chairul mendirikan Trans TV, di samping menangani stasion radio dan media on line atau satelit. Ia juga bersiap untuk masuk ke media cetak. Bahkan kini beliau sudah mengakuisisi sebagaian saham dari PT. Carrefour Indonesia

Hingga saat ini Chairul tanjung belum tertarik dengan riuhnya persaingan para penguasa yang mempunyai kepentingan masing-masing partainya dalam kekuasaan medianya, dan perlu kita syukuri mungkin saat ini dalam siaran Trans Corp. baik TransTV, Trans7, atau media onlinenya seperti detik.com belum kita liat ada suara-suara pemimpin yang mengiklankan dirinya untuk mencalonkan sebagai presiden di tahun 2014. 

Ya semoga dengan ini kita harapkan konten dari media yang dikuasai Chairul Tanjung masih berimbang bukan karna kepentingan suatu kelompok tertentu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar