Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 26 Februari 2014

Epilog (sebuah cerita dari autobiografi)



Manusia dalam hidupnya selalu merindukan kebahagiaan. Banyak orang yang menduga bahwa manusia tidak akan pernah mencapai kebahagiaan selama ia terikat pada suatu aturan hukum tertentu. Namun perjalanan waktu ternyata menjungkir balikkan paham ini. 

Fakta sejarah menunjukkan , kebahagiaan yang hakiki ternyata bukanlah berasal dari pola hidup bebas seperti burung sebagaimana yang dipraktekkan oleh kaum  hippies tempo  dulu, melainkan justru diperoleh melalui pola hidup yang konsisten mentaati suatu aturan tertentu. Aturan dimaksud, ada yang merupakan buah karya para manusia bijak di zaman yang lampau, ada pula yg diyakini dibuat langsung oleh Sang Maha Pencipta Alam Semesta ini. 

Orang menyebut aturan-atuaran ini dengan istilah :  Agama . Oleh karena itu, pada hakikatnya agama adalah suatu pedoman hidup yang menuntun penganutnya untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di kehidupan yang akan datang nanti. Tentunya setiap pedoman hidup, maka semakin pasti pula kebahagiaan yang didambaka itu menjadi kenyataan.

Sebagai langkah awal dalam mencari kebahagiaan, para pakar sepenndapat bahwa manusia harus menyadari terlebih dahulu tentang makna keberadaannya di dunia ini. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang diyakini berasal dari Tuhan Pencipta Langit dan Bumi, menjelaskan tentang konsepsi manusia dengan amat gamblang, yaitu sebagimana yang disebutkan dalam surat An-Nisaa’ ayat 13 dan 14 :

“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.”

Manusia adalah makhluk yang diberi kebebasan penuh dalam bertindak, apakah ia mau taat pada   aturan main   yang dibuat oleh Penciptanya (dan Rasul-Nya), atau ia mau membangkang. Bagi yang taat akan diberi kenikmatan surge, dan bagi yang membangkang akan diberi ganjaran neraka. Disamping itu pengalaman membuktikan, orang yang taat melaksanakan  aturan main  ini, ternyata di kehidupan dunia ia memperoleh kebahagiaan. 

Dengan demikian, kebahagiaan yang hakiki itu hanya akan dapat dicapai bila orang mampu taat secara total melaksanakan aturan yg ditentukan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Hanya sayangnya  -dalam prakteknya-  ternyata untuk dapat selalu taat pada  aturan main  ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan adanya dorongan  Hawa Nafsu  ataupun  Syetan  yang selalu menggoda. 

Dengan perkataan lain, bila manusia mampu mengendalikan  Nafsu  yang ada pada dirinya dan menundukkan   Syetan  yang selalu menghimbau untuk membangkang, maka ia akan dapat selalu taat melaksanakan   aturan main  yang dibuat-Nya itu. Untuk memudahkan taat melaksanakan   aturan main  Allah inilah manusia memerlukan  “keyakinan-keyakinan Ilahiyyah.” 
-Sani Nurdiansyah|Daarusy Syabab-

1 komentar:

  1. betul sekali, bang. kadang emang susah ngendaliin nafsu, termasuk aku. heuheu..

    BalasHapus